Jadilah Orang yang Berilmu lagi Beramal

Islam adalah agama yang memuliakan orang berilmu, derajat orang-orang yang berilmu lebih tinggi dibandingkan orang yang tiada berilmu. Bahkan, ayat pertama yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah perintah untuk membaca.

Dalam agama Islam, menuntut ilmu dan mengembangkan budaya ilmiah itu termasuk bagian dari ibadah, juga merupakan tuntutan agama. Itulah kunci mengapa dahulu pada masa kegemilangan peradaban Islam, banyak lahir ilmuan-ilmuan besar Muslim yang sumbangsihnya telah diakui dunia dalam banyak cabang keilmuan.

Begitu peduli dan perhatiannya agama Islam akan pentingnya ilmu, banyak pula ayat Al-Qur’an memberi dorongan dan motivasi agar seseorang mencintai ilmu, di antaranya ayat itu, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah) ?,” (Q.S. Az-zumar: 9). Tak hanya itu, Al-Qur’an sendiri mengajarkan umat manusia berdo’a kepada Tuhannya agar senantiasa ditambahkan ilmu, “Dan katakanlah, Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku,” (Q.S. Taha: 114). Di ayat lain Allah juga berfirman, “Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat,” (Q.S. Al-Mujaadalah: 11).

Sebagaimana Nabi ﷺ bersabda :

.قَالَ النَّبِيُّ ﷺ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)

Artinya: Jadillah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang kelima maka kamu akan celaka. (H.R. Baihaqi).

Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk menjadi orang yang bisa mentransfer/berbagi ilmu (‘alim) yang dimiliki, jika belum sanggup jadilah orang yang mau menutut/belajar ilmu (muta’aliman), jika tidak mampu maka jadilah orang yang mau mendengarkan ilmu yang disampaikan (mustami’an), jika tidak mampu juga jadilah orang yang menyukai ilmu (muhibban), dan janganlah kita menjadi orang yang “kelima” yaitu orang yang tidak mau mentransfer ilmunya kepada sesama, orang yang tidak mau belajar/menuntut ilmu, orang yang tidak mau mendengarkan ilmu yang disampaikan, dan bahkan orang yang tidak menyukai ilmu.

Kalau kita ingin bahagia di dunia dan di akhirat maka kita harus berilmu. Dan di antara kiat agar kita bisa bahagia dunia dan akhirat ada 3 hal yang harus senantiasa kita perhatikan agar bisa mencapai dan meraih kesuksesan:

1. Ilmu Agama, ilmu agama pada intinya terbagi dua yaitu; pertama, bagaimana berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua, bagaimana berhubungan dengan sesama manusia.

2. Ilmu Sehat, ilmu bagaimana kesehatan terjaga.

3. Bulghatul Majelis, artinya ilmu cara mendapatkan rezeki seperti berdagang, beternak, dll.

Bukan berarti kita wajib mempelajari semua ilmu, akan tetapi ilmu yang wajib kita pelajari adalah ilmu hal, artinya ilmu untuk menghadapi keadaan sekarang atau di depan, seperti kita ingin menikah, maka harus mempelajari ilmu bagaimana menikah yang baik dan benar sesuai ajaran syari’at Islam. Seperti halnya juga ingin shalat maka kita wajib belajar ilmu fiqih shalat agar shalat kita menjadi sah.

Kita di Pondok Pesantren jangan sampai tertinggal, kita harus bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Kita jangan berfikiran negatif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itu semua tergantung kepada kita sebagai manusia, yakni tergantung kepada the man behind the gun. Artinya, tergantung kita sebagaimana manusia untuk memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan baik atau buruk.

Dari sini kita dapat menyimpulkan jika menuntut ilmu merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Islam menekankan kepada pemeluknya agar giat dalam menuntut ilmu. Para pendahulu kita, tidak pernah lelah dalam meningkatkan wawasan pengetahuannya sampai akhir hayat sebab mereka percaya dan meyakini bahwa pengetahuan senantiasa berkembang seiring dinamika zaman.

Loading